BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) adalah dua hal yang tak akan pernah bisa
terlepaskan dari kehidupan manusia. Apalagi, abad 21 ini adalah era globalisasi
dimana hampir semua kegiatan manusia menggunakan sistem teknologi. Yang mana
perkembangan teknologi sangatlah pesat, dalam hal ini teknologi sangat
berpengaruh di kehidupan sosial kita. Apalagi jika kita amati lebih jauh,
IPTEK sangat berpengaruh pada kehidupan sosial. Teknologi dalam penerapannya
sebagai jalur utama yang dapat menyonsong masa depan, sudah diberi kepercayaan
yang mendalam. Dia dapat mempermudah kegiatan manusia, meskipun mempunyai
dampak sosial yang muncul sering lebih penting artinya daripada kehebatan
teknologi itu. Kita misalkan saja manusia yang bisa memanfaatkan IPTEK maka akan
memiliki status pendidikan yang tinggi. Oleh karena itu orang yang
berpendidikan tinggi identik dengan status sosial yang tinggi. jika status
sosial seseorang tinggi maka tingkat kemakmurannya juga akan tinggi pula. Untuk
itulah jika diamati dengan seksama maka terdapat hubungan yang sangat kuat
antara IPTEK dengan kesejahteraan masyarakat.
Kesejahteraan
masyarakat maka akan meliputi kemakmuran dan kemiskinan. Bilamana masyarakat
bisa makmur apabila berhasil mengikuti dan menggunakan perkembangan IPTEK maka
masyarakat tersebut termasuk masyarakat yang sejahterah, dan sebaliknya,
masyarakat yang tidak dapat mengikuti IPTEK dengan baik maka terjadi
kemiskinan.
Kemiskinan
sendiri merupakan tema sentral dari perjuangan bangsa, sebagai perjuangan yang
akan memperoleh kemerdekaan bangsa dan motivasi fundamental dari cita-cita
masyarakat adil dan makmur. Berbicara tentang kemiskinan akan menghadapkan kita
pada persoalan lain, seperti persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok, posisi
manusia dalam lingkungan sosial dan persoalan yang lebih jauh, bagaimana ilmu
pengetahuan (ekonomi) dan teknologi memanfaatkan sumber daya alam untuk
mengurangi kemiskinan di tengah masyarakat.
Kemiskinan
memang menjadi masalah yang serius dalam menghadang kemajuan IPTEK. Hal ini
disebabkan, masyarakat miskin dipastikan tidak akan bisa menikmati kemajuan
teknologi. Malah yang terjadi masyarakat miskin akan menghambat perkembangan
teknologi. Bukan hanya itu saja, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi memberikan
dampak dalam sektor ekonomi sehingga masyarakat akan terseleksi dan membuat
mereka menjadi miskin ketika dampak IPTEK mulai merajarela.
Untuk
itulah, perlu adanya pemahaman yang mendalam antara Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) dengan kemiskinan serta kemakmuran masyarakat sehingga ada
kemungkinan muncul sebuah kesalahan persepsi mengenai IPTEK yang sangat erat
kaitannya dengan kemunculan kemiskinan yang terus berkelanjutan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian
dari Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan?
2. Apa hubungan
antara Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan?
3. Bagaimana
dampak Ilmu Pengetahuan dan Teknologi terhadap kemakmuran masyarakat?
4. Bagaimana cara
Mengoptimalkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk kemakmuran masyarakat?
C. Tujuan
1. Mengetahui
definisi dan maksud dari Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan
2. Mengetahui
hubungan antara Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan
3. Memahami
dampak Ilmu Pengetahuan dan Teknologi terhadap kemakmuran masyarakat
4. Memahami cara
optimalkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk kemakmuran masyarakat
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. ILMU PENGETAHUAN
Ilmu
Pengetahuan berasal dari dua kata, yaitu “ilmu” dan “pengetahuan” yang memiliki
arti tersendiri. Keseluruhannya telah lama dipersoalkan oleh ahli filsafat
seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles dimana teori ilmu pengetahuan
merupakan cabang atau sistem filsafat. Oleh J.P Farrier dalam institutes of
metaphiscs (1854), pemikiran tentang teori pengetahuan itu disebut
”epistemologi” (epistem=pengetahuan, logos=pembicaraan/ilmu).
Menurut
Immanuel Kant pengetahuan merupakan persatuan budi dan pengalaman. Dari
berbagai macam pandangan tentang pengetahuan di peroleh sumbe-sumber
pengetahuan berupa ide, kenyatan, kegiatan akal-budi, pengalaman, sentesis budi
atau meragukan karena tak adanya sarana untuk mencapai pengetahuan yang pasti.
Untuk
membuktikan apakah isi pengetahuan itu benar, perlu berpangkal pada teori-teori
kebenaran pengetahuan. Teori pertama bertitik tolak adanya hubungan dalil,
dimana pengetahuan dianggap benar apabila dalil (proposisi) itu mempunyai
hubungan dengan dalil (proposisi) yang terdahulu.kedua, pengetahuan itu benar
apabila ada kesesuaian dengan kenyataan, bahwa pengetahuan itu benar apabila
mempunyai konsekuensi praktis dalam diri yang mempunyai pengetahuan itu.
Banyaknya
teori dan pendapat tentang pengetahuan dan kebenaran mengakibatkan suatu
definisi ilmu pengetahuan akan mengalami kesulitan sebab, membuat suatu
definisi dari definisi ilmu pengetahuan yang dikalangan ilmuan sendiri sudah
ada keseragaman pendapat. Hanya akan merangkap dalam tautologies (pengulangan
tanpa membuat kejelasan) dan pleonasme atau mubazir
saja.
Dalam
penerapan sebuah ilmu pengetahuan akan memunculkan sebuah hambatan sosial. Hal
ini disebabkan, pola pikir ilmiah tidak mempertimbangkan nilai moral dan dampak
terhadap sosial ekonomi. Sebab manusia tidak selalu sadar dengan hal ini,dan
manusia yang paling sederhanapun hanya sedikit peduli terhadap sosial
ekonomi.
Contoh
sederhana tapi mendalam terjadi pada masyarakat mistis. Dalam
masyarakat tersebut ada kesatuan dari pengetahuan (mitis) dan perbuatan
(sosial), demikian pula hubungan sosial di dalam suku dan kewajiban
individu sudah terang, argumen ontologis, kalau meminjam teori plato berteori
tentang wujud dan hakikat yang ada. Keadaan sekarang sudah berkambang sehingga
manusia sudah mampu membedakan antara ilmu pengetahuan (kebenaran) dan
ilmu etika (kebaikan). Maka yang pertama dipentingkan bukan “apa”
melainkan “bagaimana” dapat menghubungkan ilmu pengetahuan dengan
etika dalam suatu sikap yang dapat dipertanggung jawabkan.
Alasan
lain untuk mengintegrasikan kedua bidang tersebut ialah karena dalam
perkembangan-perkembangan ilmu modern, pengetahuan manusia telah
mencapai lingkupnya yang paling luas, dimulai dengan pikiran antologis,
kemudian gauli, rahasia-rahasianya dimanfaatkan bagi manusia. Timbul kesan seolah-
olah pengetahuan ilmiah merupakan suatu tujuan tersendiri (ilmu demi
ilmu). Bahkan ada ilmu pengetahuan murni, jadi lepas dari apa yang
ada di luar ruang lingkup ilmu, lepas dari masyarakat dan hidup sehari-hari. Di
sini manusia berhadapn dengan pertanyaan –pertanyaan mengenali
kebaikan dan kejahatan, kesadaran politik, nilai-nilai religius, dan
sebagainya. Oleh pandangan ini kaidah etis etis beserta lain-lainnya di cap
sebagai sosial akstra ilmiah (diluar dibidang ilmu).
Sekarang
tidak dapat netral dan bersikap netral lagi terhadap ilmu penyelidikan
ilmiah. Karena manusia hidup dalam suatu dunia, hasil ilmu pengetahuan dapat
membawa pada malapetaka yang belum pernah kita bayangkan sehingga perlu etika
ilmu pengetahuan sebagai satu-satunya jalan keluar. Lebih lanjut diakui oleh
filsafat modern, bahwa manusia dalam pekerjaan ilmiahnya tidak hanya
bekerja dengan akal budinya, melainkan dengan seluruh eksitensinya, dengan
seluruh keadaannya, dengan hatinya, dengan panca inderanya sehingga
manusia, dalam mengambil keputusannya, membuat pilihannya terlebih dahulu,
mendapapat pertimbangannya terlebih dahulu, mendapat pertimbangan dengan
pengajaran agama, dan nialai-nilai atau norma kesusilaan. Konteks ilmu dengan
ajaran agama dalam rangka meeningkatkan ilmuan itu sendiri sejajar dengan
orang-orang yang beriman pada derajat yang tinggi, sebagai pemegang
alamat dan akan tetap memperoleh pahala.
B. TEKNOLOGI
Istilah
teknologi berasal dari kata techne dan logia. Kata yunani kuno techne berarti
seni kerajinan. Dari techne kemudian lahirlah perkataan technikos yang berarti
seseorang yang memiliki keterampilan tertentu. Dengan berkembangnya
keterampilan seseorang yang menjadi semakin tetap karena menunjukkan suatu
pola, langkah, dan metode yang pasti, keterampilan itu lalu menjadi teknik.
Sampai
pada permulaan abad XX ini, istilah teknologi telah dipakai secara umum dan
merangkum suatu rangkaian sarana, proses, dan ide disamping alat-alat dan
mesin-mesin. Perluasan arti itu berjalan terus sampai
pertengahan abad ini muncul perumusan teknologi sebagai sarana atau aktifitas
yang dengannya manusia berusaha mengubah dan menangani lingkungan. Ini
merupakan suatu pengertian yang sangat luas karena setiap sarana perlengkapan
maupun kultural tergolong suatu teknologi.
Teknologi
dianggap sebagai penerapan ilmu pengetahuan, dalam pengertian bahwa penerapan
itu menuju pada perbuatan atau perwujudan sesuatu. Kecenderungan ini pun
mempunyai suatu akibat dimana kalau teknologi dianggap sebagai penerapan ilmu
pengetahuan, dalam perwujudan tersebut maka dengan sendirinya setiap jenis
teknologi/sebagian ilmu pengetahuan dapat ada tanpa berpasangan dengan ilmu
pengetahuan dan pengetahuan tentang teknologi perlu disertai oleh pengetahuan
akan ilmu pengetahuan yang menjadi pasangannya.
Demikianlah
teknologi adalah segenap keterampilan manusia menggunakan sumber-sumber daya
alam untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan. Secara
lebih umum dapatlah bahwa teknologi merupakan suatu sistem penggunaan berbagai
sarana yang tersedia untuk mencapai tujuan-tujuan praktis yang ditentukan.
C. KEMISKINAN
Menurut
Petirin A. Sorokin, bahwa stratifikasi soisal (social stratification) adalah
perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas – kelas secara bertingkat
(secara hierarakis). Perwujudannya adalah adanya kela-kelas tinggi dan kelas
yang lebih rendah. Selanjutnya Sorokin menjelaskan bahwa dasar dan inti
lapisan-lapisan dalam masyarakat adalah karena tidak ada keseimbangan dalam
pembagian hak-hak dan kewajiban-kewajiban, kewajiban-kewajiban dan tanggung
jawab nilai-nilai sosial dan pengaruhnya diantara anggota-anggota masyarakat.
Lapisan-lapisan ini dalam masyarakat itu ada sejak manusia mengenal kehidupan
bersama dalam masyarakat. Mula-mula lapisan-lapisan didasarkan pada pembedaan
jenis kelamin, perbedaan antara pemimpin dan yg dipimpin, pembagian kerja dan
sebagainya. Semakin kompleks dan majunya pengetahuan dan teknologi dalam
masyarakat, maka system lapisan-lapisan dalam masyarkat akan semakin kompleks
pula.
Kemiskinan
menurut Kantor Menteri Negara Kependudukan/ BKKBN adalah suatu keadaan
dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri dengan taraf
kehidupan yang dimiliki dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental maupun
fisiknya untuk memenuhi kebutuhannya.
Kemiskinan
memang merupakan sebuah dampak negatif dari sebuah perkembangan IPTEK yang
semakin pesat tanpa di iringi dengan ekonomi yang mumpuni, sehingga menimbulkan
kaum miskin yang tertinggal akan IPTEK. Hal ini bisa terlihat dengan
penggantian tenaga manusia menjadi tenaga robotic pada perusahaan sebagai
dampak dari perkembangan IPTEK, tanpa di iringi dengan pemikiran terhadap kaum
buruh yang miskin. Hal ini tentu saja membuat mereka menjadi kalah atau tersingkir
akibat dari kemajuan IPTEK.
D. KEMAKMURAN
Membicarakan
mengenai masalah kemakmuran, tentu yang pertama kali terlintas dalam benak
adalah mengarah kepada segi keuangan atau kemapanan hidup seseorang. Secara
mendasar kemakmuran dilihat dari sudut pandang ilmu ekonomi memiliki definisi
sebagai situasi dimana kebutuhan bisa terpenuhi. Kebutuhan disini mencakup
kebutuhan batin dan kebutuhan lahir, bisa dari sandang, papan, dan pangan.
Kemudian meluas akan kebutuhan rasa nyaman, percaya, dan kepedulian sesama
untuk saling membantu.
Secara
umum kemakmuran memiliki kriteria sebagai berikut :
§ Terpenuhinya kebutuhan pokok (primer),
berupa sandang, pangan, dan papan.
§ Mampu mnjangkau kebutuhan sekunder
maupun tersier dengan mudah.
§ Tidak memiliki tekanan batin, sehingga
pikiran ringan.
§ Memiliki orang yang menjadi tempat
kepercayaan.
§ Tidak kesulitan mengatur waktu, tenaga,
maupun finansial.
§ Tercukupinya kebutuhan diri akan
rekreasi dan menjalankan hobi.
Melihat kriteria tersebut, tentunya akan langsung
mengacu pada kemapanan dari segi finansial seseorang. Orang dengan keuangan
yang melimpah cenderung mampu mendapatkan apapun yang diinginkan.
Namun
pada kenyataannya, berdasarkan studi diketahui bahwa orang yang mapan dari segi
finansial masih bisa dikatakan belum makmur. Hal ini terjadi karena adanya
beban baru terhadap kondisi sosial seseorang, bisa karena penyakit, pendamping
hidup, maupun orang sekitar yang sulit diberikan amanah (kepercayaan). Orang
yang cenderung mencintai uang seolah hidup hanya untuk bersenang-senang di
dunia, sehingga beberapa orang justru tidak terpenuhi kebutuhan batin. Seperti
kebutuhan kasih dan sayang dari keluarga maupun orang terdekat lainnya. Hal ini
tentunya masih belum bisa dikatakan makmur, apabila kebutuhan batin tidak mampu
terpenuhi.
Berbicara
mengenai kemakmuran akan lebih bijak apabila standart kemakmuran tersebut
disesuaikan dengan kondisi diri sendiri. Sebab rasa cukup, bahagia, dan
perasaan damai lainnya diciptakan oleh diri sendiri bukan oleh orang lain dan
lingkungan. Sehingga memiliki filosofi, selalu melihat ke bawah dan jangan
melihat ke atas, akan membantu mendapatkan kemakmuran lahir maupun batin. Sebab
kebutuhan sandang, pangan, maupun papan tentunya tidak perlu terlalu mewah,
dalam kadar secukupnya saja. Semakin besar pasak maka diperlukan tiang yang
semakin besar pula, sehingga mengatur pengeluaran dari berapapun pendapatan
maka kita sudah makmur secara lahir.
BAB
III
STUDY KASUS
Kesenjangan
ekonomi atau ketimpangan antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan
kelompok masyarakat berpenghasilan rendah serta tingkat kemiskinan atau jumlah
orang yang berada di bawah garis kemiskinan merupakan dua masalah besar
dibanyak negara berkembang, tidak terkecuali Indonesia. Di mana negara ini,
jumlah penduduk miskin tergolong paling banyak. Hal ini juga di sebabkan
teknologi dan ilmu pengetahuan negara ini jauh tertinggal dari negara-negara
lain di dunia.
Kemiskinan
adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.
Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar,
ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan
masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan
komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif,
dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara.
Pemahaman utamanya meliputi:
Pertama,gambaran
kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari,
sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami
sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
Kedua, gambaran
tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan
ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk
pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari
kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah masalah politik dan moral, dan
tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
Ketiga, gambaran
tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna
"memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian bagian politik
dan ekonomi di seluruh dunia.
Hubungan IPTEK dengan Kemiskinan.
Ilmu
pengetahuan dan teknologi merupakan dua hal yang tak terpisahkan dalam
peranannya untuk memenuhi kebutuhan insani. Ilmu pengetahuan digunakan untuk
mengetahui “apa” sedangkan teknologi mengetahui “bagaimana”. Ilmu pengetahuan
sebagai suatu badan pengetahuan sedangkan teknologi sebagai seni yang
berhubungan dengan proses produksi, berkaitan dalam suatu sistem yang saling
berinteraksi. Teknologi merupakan penerapan ilmu pengetahuan, sementara
teknologi mengandung ilmu pengetahuan di dalamnya.
Ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam penerapannya, keduanya menghasilkan suatu
kehidupan di dunia (satu dunia), yang diantaranya membawa malapetaka yang belum
pernah dibayangkan. Oleh karena itu, ketika manusia sudah mampu membedakan ilmu
pengetahuan (kebenaran) dengan etika (kebaikan), maka kita tidak dapat netral
dan bersikap netral terhadap penyelidikan ilmiah. Sehingga dalam penerapan atau
mengambil keputusan terhadap sikap ilmiah dan teknologi, terlebih dahulu
mendapat pertimbangan moral dan ajaran agama.
Ilmu
pengetahuan dan teknologi merupakan bagian-bagian yang dapat dibeda-bedakan,
tetapi tidak dapat dipisah-pisahkan dari suatu sistem yang berinteraksi dengan
sistem-sistem lain dalam kerangka nasional seperti kemiskinan.
Dalam hal kemiskinan struktural,
ternyata adalah buatan manusia terhadap manusia lainnya yang timbul dari akibat
dan dari struktur politik, ekonomi, teknologi dan sosial buatan manusia pula.
Perubahan teknologi yang cepat mengakibatkan kemiskinan, karena mengakibatkan
terjadinya perubahan sosial yang fundamental. Sebab kemiskinan diantaranya
disebabkan oleh struktur ekonomi, dalam hal ini pola relasi antara manusia
dengan sumber kemakmuran, hasil produksi dan mekanisme pasar. Semuanya
merupakan sub sistem atau sub struktur dari sistem kemasyarakatan. Termasuk di
dalamnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
Rata-rata
orang yang hidup di bawah garis kemiskinan belum dapat membaca maupun menulis.
sedangkan salah satu cara memberantas kemiskinan adalah dengan ilmu pengetahuan.
Dengan dapat membaca dan menulis, seorang pemulung sampah bisa berkesempatan
mendapatkan pekerjaan yang lebih layak dan menghasilkan banyak uang. Dengan
ilmu pengetahuan, dapat merubah seorang pengamen untuk berpikir kreatif dan memulai
membuka suatu usaha dengan memanfaatkan teknologi yang ada.
Dampak IPTEK terhadap Kemakmuran Masyarakat
Keadaan
umat manusia kini sangat berbeda dengan peradaban zaman dulu, misalnya
peradaban Mesir Kuno, Yunani Kuno, Romawi atau peradaban di daratan Cina.
Faktor utama yang menyebabkan perbedaan itu ialah pertumbuhan penduduk, sains
dan teknologi. Sains teknologi membawa kemudahan, kemakmuran dan kenyamanan,
sedangkan teknologi komunikasi membuat interdepensi secara global yang semakin
meningkat.
Namun
begitu, sains teknologi juga membawa segi-segi yang negatif. Salah satunya
adalah perkembangan dunia akhir-akhir ini yang menunjukkan kecenderungan yang
sangat memprihatinkan akibat kesalahan dalam pemanfaatan kamajuan sains dan
teknologi.
Sebagaimana
kita ketahui, di papua terjadi penambangan besar besaran bahan tambang yang di
pelopori oleh Freeport dengan menggunakan teknologi canggihnya. Di lansir dari
majalahtambang.com disebutkan bahwa keuntungan PT Freeport Indonesia yang
sahamnya 90% dipegang asing(pihak Amarika) mendapat keuntungan lebih dari 400
Triliyun rupiah. Ini berbanding terbalik dengan para pekerja papua di PT
Freeport yang masih memiliki latar belakang ekonomi menengah kebawah yang tidak
bisa menikmati hasil dari kemajuan teknologi (penambangan papua yang
menggunakan teknologi penambangan canggih sehingga hasil tambang dengan mudah
di dapatkan). Bahkan, sisa atau bekas tambang PT Freeport telah membuat pulau
papua menjadi rusak wilayah hutannya di akibatkan pengrusakan untuk percepat
penambangan di pulau papua. Sehingga ini menjadi bukti bahwa perkembangan
teknologi dan ilmu pengetahuan dapat merusak alam dan tidak semua masyarakat
bisa merasakan manfaat dari perkembangan teknologi yang sedang berkembang.
Namun, berbeda bagi mereka yang menjadi bos bos di freeport yang secara
langsung mendapatkan keuntungan atau manfaat dari perkembangan IPTEK di dalam
bidang pertambangan.
Optimalkan IPTEK untuk kemakmuran masyarakat
Ibaratkan
sebuah pedang bermata pisau, itulah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Apabila di
gunakan dengan optimal serta menggunakannya dengan baik maka akan membuat
masyarakat menjadi makmur, menjadikan masyarakat lebih maju. Dengan begitu
IPTEK akan memajukan masyarakat dari berbagai sektor. Misalkan saja dari sektor
ekonomi dengan penemuan teknologi untuk mempercepat hasil pertanian yang
membuat keuntungan masyarakat bertambah. Dari sektor sosial, jika IPTEK dapat
di optimalkan dengan baik maka setiap masyarakat akan memiliki kelas sosial
yang lebih tinggi sehingga akan bisa lebih dihormati oleh orang lain.
Penggunaan
IPTEK juga harus di sesuaikan dengan berbagai faktor yang ada sehingga tidak
bertentangan juga dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat tersebut agar
tidak terjadi kesalahpahaman antara masyarakat dari golongan pemakai IPTEK
dengan masyarakat yang belum terlalu memakai IPTEK dalam kehidupan mereka.
BAB IV
PENUTUP
A. Analisa
Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi memberikan banyak dampak yang serius terhadap
kemiskinan dan kemakmuran suatu masyarat. Ibarat dua mata pisau, IPTEK akan
memberikan dampak positif dan negatif bagi sebagian orang. Bahkan ada pepatah
yang mengatakan :
“Siapa yang menguasai teknologi, maka dia yang
menguasai dunia”
Maksud
dari pepatah di atas adalah siapapun orang yang dapat memanfaatkan adanya teknologi
dalam berbagai bidang kehidupan, maka derajat orang tersebut akan berada di
atas,dan dapat melakukan apapun sesuai dengan kehendaknya demi tercapai apa
yang yang diinginkan orang tersebut. Dalam perkembangannya iptek mulai
dimanfaatkan dan diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Misalnya
dalam bidang kesehatan, teknologi, perhubungan dan arsitektur, industri, dll
Adapun dalam pemanfaatan dan penerapannya iptek berdampak negatif dan positif.
Dampak positifnya, iptek dapat dimanfaatkan dan diteterapkan untuk
kesejahteraan dan kemakmuran manusia. Namun dampak negatifnya, akan berpengaruh
besar dalam kelangsungan hidup manusia itu sendiri, ujung dari dampak negatif
penerapan teknologi adalah kemiskinan. Dampak negatif tersebut akan berujung pada
kemiskinan, apabila manusia tidak mampu mencari dan menemukan pemecahan
permasalahan yang timbul. Berikut adalah dampak negatif dari perkembangan,
pemanfaatan dan penerapan iptek dalam kehidupan manusia yang saling terkait dan
berujung pada masalah kemiskinan
B. Solusi
Kemiskinan
di negeri ini hanya bisa diatasi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam
hal ini ada dua segi yaitu dari pemerintah dan masyarakat. Dari segi pemerintah
yaitu; pemerintah sepenuhnya menangani bidang produksi pertanian dan
peternakan, pemerintah memperbanyak atau meningkatkan mutu dalam pemberdayaan
sumber daya manusia (SDA), pemerintah membangun Infrastruktur dengan teknologi
yang mampu memangkas biaya pegeluaran negara, misalkan saja pemerintah segera
membangun sumber energy nuklir (PLTN). Sedangkan dari segi masyarakat;
masyarakat agar peduli dengan pendidikan dengan memperhatikan lembaga swadaya
masyarakat dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDA), masyarakat diharapkan
meningkatkan produksi pertaniannya dengan basis teknologi yang dianjurkan oleh
pemerintah, serta memperhatikan penuh dalam penyelenggaraan perencanaan PLTN.
IPTEK
memang merupakan dua mata pisau. Sehingga harus di manfaatkan dengan hati hati.
Karena jika tidak terjadi, masyarakat miskin akan menjadi lebih miskin lagi dan
masyarakat golongan menengah keatas akan semakin kaya dengan mendapatkan
pundi-pundi keuntungan dari pemanfaatan IPTEK tanpa memikirkan masyarakat
miskin. Bahkan yang miskin akan tersingkirkan dan menjadi masyarakat buangan
karena selain tidak bisa memanfaatkan IPTEK tetapi juga tidak bisa merasakan
bagaimana IPTEK telah tumbuh dan berkembang dengan cepat.
C. Kesimpulan
Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi sangat erat kaitannya dengan kemiskinan. Terutama
dalam perkembangannya yang semakin pesat dari tahun ke tahun. Masyarakat mau
tidak mau harus mengikuti perkembangan yang ada demi kemudahannya dalam
beraktifitas, tetapi faktor penybaran perekonomian yang tidak merata
menyababkan hal-hal yang ingin dicapai tidak dapat berjalan dengan maksimal.
Hanya
kalangan ekonomi menengah keatas atau kaum yang tergolong makmur yang bisa
merasakan dari perkembangan IPTEK yang saat ini berkembang dnegan pesat.
Sebaliknya, kaum miskin akan semakin tersingkir dengan IPTEK yang semakin maju.
Ilmu
pengetahuan, teknologi dan kemiskinan adalah sesuatu yang bertentangan.
Teknologi diciptakan oleh manusia demi kesejahteraan umat manusia dan untuk
memenuhi kebutuhan manusia dengan arti menciptakan, mencari kesenangan manusia,
melindungi dari malapetaka, kelaparan, melindungi dari bahaya kekejaman alam
serta memenuhi kebutuhan pokok manusia.Ilmu pengetahuan, teknologi serta
kemiskinan memiliki kaitan struktur yang jelas, sebab bagi siapa saja yang
dapat menguasai IPTEK maka ia akan berkembang mengikuti era globalisasi yang
sudah modern ini. Dan bagi siapa saja yang tidak menguasai IPTEK maka ia akan
tertinggal jauh oleh pesatnya perkembangan teknologi di zaman ini.Bila di zaman
yang modern ini masih ada masyarakat yang tertinggal dan tidak menguasai IPTEK
maka mungkin saja masyarakat masih terpuruk dalam kemiskinan karena mereka
masih menggunakan cara lama yang sudah tertinggal dan tidak efektif dan efisien
lagi dizaman ini.
0 komentar:
Posting Komentar